Saturday, May 9, 2009

the perfect lovers

Ini cerita tentang dua orang yang saling jatuh cinta tapi berusaha menolak cinta itu.
Dan bahwa betapa Cupid meraut panahnya bagaimana pun tajamnya tidak dapat menembus perisai kesombongan mereka berdua.

Perasaan itu tertahan cukup lama hingga akhirnya terlupakan oleh berbagai hal lain. Tapi tak dipungkiri, terkadang perasaan itu muncul diantara kedua manusia ini, tapi sepertinya mereka berdua terlalu sombong untuk mengatakannya, mereka terlalu egois untuk megatakan diri mereka dikalahkan with a such thing called love. Dan masing-masing dari mereka tidak ingin menyatakan bahwa mereka saling membutuhkan, mereka sudah terlalu lama dibuai oleh kemandirian.
Sampai pada akhirnya mereka berdua dipisahkan jarak dan waktu.

Mereka kini hidup dengan sebuah ruang hampa besar di diri mereka. Ruang kosong sebesar lapangan bola yang tidak dapat dipenuhi dengan apapun bahkan sesuatu yang dinamakan 'sahabat'.
Ruangan itu disegel, dipagar sangat tinggi, dijaga oleh beribu-ribu penjaga yang tak kenal lelah, tidak boleh dibuka sedikit pun dan diberi tanda 'made from egoistic'.
Ruangan yang perlahan dibangun sejak pertama mereka bertemu. Semakin lama semakin besar, semakin dalam, sangat dalam bahkan menyakitkan terkadang.

Disamping ruangan itu berdiri megah sebuah taman bermain lengkap dengan berbagai macam hiburan dan berbagai musik yang menyenangkan hati, dimana sekali kau memasukinya kau takkan ingin keluar darinya saking menyenangkan berada didalamnya.
Taman bermain itu bernama 'pretending'.
Taman indah itu dibangun dari sisa-sisa kesombongan yang tidak terpakai, dibangun dengan sendirinya oleh kemandirian yang dibuat-buat seakan-akan tidak membutuhkan siapapun di dunia ini.

Kadang mereka suka menenggelamkan diri mereka di taman bermain dan pura-pura tidak menyadari adanya ruangan kosong sebesar lapangan bola yang masih terus diperbesar dan diperdalam. Berpura-pura gembira berada di taman bermain sambil melupakan bahwa disebelah sana ada sebuah perasaan yang tertinggal.
Tertawa terbahak-bahak sampai menangis untuk menutupi kenyataan bahwa mereka memang menagis sedih.
Selalu mengajak teman-temannya untuk datang karena takut merasa sendirian dan teringat pada dia yang berusaha dilupakannya.
Tersenyum begitu manis agar semua orang mengira dia tak ada masalah sedikit pun.
Mengatakan mereka baik-baik saja untuk menutupi kenyataan bahwa mereka kesepian.
Bahwa mereka membutuhkan dia yang berusaha mereka lupakan.
Bahwa mereka ingin ruangan kosong sebesar lapangan bola yang semakin hari semakin menjadi beban mereka segera diisi dengan semua memori indah tentang dia yang ternyata dicintai tapi sayangnya mereka tidak mempunyainya karena terlalu tinggi hati untuk meminta.
Bahwa sebetulnya mereka jijik dengan ke-sok kemandirian mereka.
Bahwa mereka malu dengan keegoisan mereka yang menolak mentah-mentah kado berupa cinta seseorang.
Bahwa mereka membutuhkan satu sama lain yang akhirnya mereka sadari.

1 comments:

sara said...

piiikkk..
entah mngapa, crta ini kynya agk makjleb ne..hehe