Tuesday, December 1, 2009

kita bertanya dalam bisu

sayatan biola dan detak jantung menjadi lagu tema sore ini. mengiringi butiran air yang jatuh dari langit bagaikan ditembakkan oleh senapan mesin berperedam suara. cepat dan hampir tak bersuara. hanya seperti ketukan kecil di kaca jendela ku. balutan angin sore semilir mengacak rambutku.

disinilah aku terperangkap didalam ruangan sempit berukuran 2 kali 3 meter yang dapat bergerak dengan kekuatan minyak bumi. terhimpit diantara kumpulan benda sejenis yang terdampar di jalan yang tampaknya tak akan ada akhirnya.

disinilah aku, kembali terperangkap di dalam kenangan akan dirinya. disinilah aku disaat aku akan sangat membenci diriku. disinilah semua kenangan akan terulang. disinilah dia akan kembali hidup dalam konteks hanya kenangan.

kaca depan mobilku seakan menjadi reflektor film tentang dia. dan radioku pun akan berubah menjadi pengeras suara yang memutarkan suaranya. pendingin mobilku akan berubah menjadi penyebar aroma tubuhnya.

hingga pada akhirnya aku muak dan menyerah dan akhirnya aku mengaktifkan telepon genggam ku dan menekan kombinasi angka yang sudah kuhapal diluar kepala hingga terbawa ke alam sadarku. nada sambung pun dimainkan. lalu akan muncul suara yang akan menyihirku jatuh kedalam lubang hitam penuh keajaiban tentang dirimu.

kamu tau itu aku. kamu tau aku tak akan mengeluarkan sedikit pun suara. tidak 1 kata pun.

tapi kamu pun tak pernah memutus telpon ku bahkan untuk 1 kali. kamu selalu menunggu hingga aku yang memutuskan telpon, walau tanpa sepatah pun percakapan yang terjadi.


kenapa kita harus bertemu jika pada akhirnya kita harus berpisah? kenapa kita harus berkenalan kalau harus berakting tidak kenal satu sama lain hanya untuk menutup luka lama?

kamu akan bertanya apakah aku baik-baik saja. dan dengan suara bergetar aku akan mengatakan sebuah kebohongan yang sudah kamu hapal. kamu akan menyuruhku berhati-hati. kamu mengatakannya bagaikan kita masih baik-baik saja. you say it just like you mean it!

dan kenapa kamu masih menciptakan suasana nyaman berada di dekatmu kalau kamu yang memutuskan kita untuk berpisah? dan kenapa kamu masih menganggapku sebagai seseorang kalau itu kamu yang merebut paksa title itu?

kali ini kuberanikan diri untuk berkata-kata walaupun terdengar seperti orang bisu yang belajar bicara.

ku beranikan diri untuk bertanya walau harus mempertaruhkan gudang air mataku untuk mengeluarkan kata-kata heroik itu.

menagih semua jawaban atas segala pertanyaan dalam benak.


tapi kini tiba giliranmu menjadi bisu...



0 comments: